Sektor perbenihan merupakan salah satu
pendukung utama dalam program pembangunan pertanian yang diarahkan pada
peningkatan ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing usaha pertanian,
dan kesejahteraan petani. Program pembangunan pertanian akan tercapai
dengan dukungan dimana salah satunya adalah terpenuhinya benih secara
kunatitas dan kualitas. Benih sangat mempengaruhi produktivitas dan
kualitas hasil produksi.
Salah satu program pemerintah disektor
pertanian adalah perbenihan kentang yang dilakukan di Kecamatan Bandung
pada tahun 1992. Program ini merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah
Indonesia dengan japan International Cooperation Agency (JICA), telah
menghasilkan produk benih kentang yang bermutu dan bersertifikat.
Dalam upaya mendukung penyediaan benih
kentang yang bersertifikat, sejak tahun 1996 Agritek Tasa Nusantara
(ATN),salah satu produsen benih bermutu yang berlokasi di kecamatan
lembang, Kabupaten Bandung Barat, sampai saatnini terus berkiprah
memproduksi benih kentang bermutu dan bersertifikat.
Teknologi aeroponik merupakan terobosan
dalam melipatgandakan benih Go. Teknologi aeroponik dapat menghasilkan
umbi kentang yang cukup banyak, beberapa kali lipat bila dibandingkan
dengan menggunakan media steril (tanah dan pupuk kandang). Oleh karena
itu, pada bulan Desember 2008 peneliti Balai Penelitian tanaman sayuran
(Balitsa) bekerjasama dengan ATN mengembangkan teknik aeroponik dan
hasilnya mencapai 10 kali lipat dibandingkan dengan konvensional. Adapun
ukuran benih yang dihasilkan dengan teknik aeroponik bervariasai dari
ukuran sebesar biji kacang tanah sampai sebesar telur bebek.
Penerapan tehnik aeroponik sebagai
teknologi inovatif merupakan terobosan baru dalam usha perbanyakan cepat
benih kentang penjenis (Go) dalam mendukung program pembangunan
pertanian di sector perbenihan yang siap dikomersialkan, walaupun
investasi awal cukup mahal tetapi bila dibandingkan dengan hasil yang
berlipat, maka biaya yang dikeluarkan terhitung cukup murah.
Saat ini Indonesia melangkah dan
membuktikan keberhasilan teknologi ini. Penelitian lanjut serta
pengembangannya terutama dalam usaha menghasilkan jumlah umbi yang
relative banyak dengan ukuran relative sama perlu diteliti lebih lanjut.
Menurut Kepala Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa barat, dengan mengoptimalkan peran dan
fungsi kelembagaan perbenihan (pemerintah dan swasta) di daerah-daerah
akan diperoleh 3 hal yaitu :
1. Kebutuhan benih terpenuhi sesuai kebutuhan varietas, jumlah, mutu, waktu, dan lokasi yang tepat,
2. Kualitas dan kuantitas benih yangb dihasilkan terjamin, dan 3. Terwujudnya usaha perbanihan yang
tangguh dan mandiri dengan skala usaha yang layak secara komersial dan berkesinambungan.
1. Kebutuhan benih terpenuhi sesuai kebutuhan varietas, jumlah, mutu, waktu, dan lokasi yang tepat,
2. Kualitas dan kuantitas benih yangb dihasilkan terjamin, dan 3. Terwujudnya usaha perbanihan yang
tangguh dan mandiri dengan skala usaha yang layak secara komersial dan berkesinambungan.
Teknologi aeroponik merupakan langkah awal menuju keberhasilan Indonesia memproduksi benih kentang berkualitas tinggi (swasembada benih kentang). Ada 6 kriteria tepat yang harus diperhatikan yaitu tepat varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi dan harga untuk memenuhi benih secara regional dan nasional.
Keuntungan menggunakan aeroponik selain
praktis, tidak perlu menggunakan media campuran tanah dan pupuk kandang
steril, tidak banyak menggunakan pestisida, menghasilkan benih umbi yang
sehat dan bersih,tetapi produksi tinggi (10 x disbanding cara
konvensional), mudah dipanen dan diatur sesuai ukuran yang diinginkan,
tenaga kerja cukup 1 orang, bebas pathogen (bakteri dan cendawan),
nutrisari dapat diatur dan secara optimum diserap oleh tanaman.
Teknik aeroponik merupakan teknologi
modern dengan peralatan dan bahan yang cukup mahal dan memerlukan biaya
cukup tinggi, tetapi untuk investasi jangka panjang teknik ini dapat
diperhitungkan sesuai dengan program perencanaan dalam memproduksi
benih.
Tersedianya benih berkualitas dan
bersertifikat akan mempengaruhi peningkatan produktivitas lebih dadri
rerata produksi secara nasional yaitu 16,94 t/ha (sebagian besar petani
masih menggunakan benih tidak berkualirtas atau generasinya tidak
jelas), sehingga produktivitasnya rendah ( <10 t/ha).
Dukungan prasarana dan prasarana
prosesing benih kentang dari Pemerintah memberikan peluang bagi sektor
produsen benih swasta untuk berperan dalam kegiatan produksi benih.
Upaya untuk mengoptimalkan dan mengefiensikan teknologi aeroponik dapat dilakukan dengan berbagai cara :
1. Bak tanam dari fiberglass dapat
diganti dengan bak papan, container bambu, bak dari bata, buleng ikan,
atau bak plastic yang memenuhi persyarakat panjang 4m, lebar 1m, dan tinggi 0,70 m.
atau bak plastic yang memenuhi persyarakat panjang 4m, lebar 1m, dan tinggi 0,70 m.
2. Tutup bak Styrofoam dapat
diganti dengan sususnan papan tipis ukuran 1 x 1 m atau menggunakan
anyaman bambu dan anyaman bilik bamboo.
anyaman bambu dan anyaman bilik bamboo.
3. Rumah kasa dapat disederhanakan, menggunakan bahan dari bambu, atap plastic UV dan kedap
serangga.
serangga.
4. Mesin pengalir air dan nutrisi dapat diatur waktunya sehingga tidak boros dalam penggunaan listrik
Tahap-tahap pelaksanaan teknik aeroponik sebagai berikut :
1. Stek tanaman kentang berasal
dari planlet hasil kultur jaringan ditanam pada media campuran
steril (tanah
dan pupuk kandang v/v 1:2) dalam seed bed di rumah kasa
dan pupuk kandang v/v 1:2) dalam seed bed di rumah kasa
2. Penanaman stek tanaman kentang pada bak tanam di rumah kasa
3. Stek pucuk tanaman kentang siap ditanam
4. Tanam stek tanaman kentang pada Styrofoam yang telah dilubangi
5. Pertumbuhan dan hasil umbi benih kentang penjenis (Go) pada umur umur 33 65 hari setelah tanam (HST)
6. Panen perdana benih kentang penjenis (Go) menggunakan teknik aeroponik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar