1. | SEJARAH SINGKAT |
| Kunyit
merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial)
yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan
liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada
ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit
berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan
Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini
sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas,
tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan
khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan
Filipina. |
2. | JENIS TANAMAN |
|
2.1. | Klasifikasi
Divisi | : Spermatophyta |
Sub-divisi | : Angiospermae |
Kelas | : Monocotyledoneae |
Ordo | : Zingiberales |
Famili | : Zungiberaceae |
Genus | : Curcuma |
Species | : Curcuma domestica Val. |
|
2.2. | Deskripsi
Tanaman
kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan
batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,
bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang
berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan
mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung
dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang
berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
|
2.3. | Jenis Tanaman Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya. |
|
3. | MANFAAT TANAMAN |
| Di
daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena
berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal,
dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu:
sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik,
bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit
itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba,
pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan
kolesterol, serta sebagai pembersih darah. |
4. | SENTRA PENANAMAN |
| Di
Indonesia, sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi
mencapai 12.323 kg/ha. Di India, Srilanka, Cina, Haiti, dan Jamaika
dengan produksi mencapai > 15 ton/ha. |
5. | SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. | Iklim
1.
|
Tanaman
kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya
penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada
tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan. @tipspetani
|
2. | Pertumbuhan
terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000
mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan <> |
3. | Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30°C. |
|
5.2. | Media Tanam
1.
|
Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
|
2. | Jenis
tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi,
tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa. |
|
5.3. |
Ketinggian Tempat
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai <> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.
|
|
6. | PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. | Pembibitan
- Persyaratan Bibit
Bibit
kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah
tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur,
segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan
penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7-12
bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air cukup;
benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari
bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
Penyiapan Bibit
Rimpang
bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang
seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas
potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam rimpang yang
dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna
menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3
mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.
- Teknik Penyemaian Bibit
Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara:
mengangin-anginkan
rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan
penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila
disimpan dalam suhu kamar (25-28 oC). Selain itu menempatkan rimpang
diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28 oC. dan merendam bibit
pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering
digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3
(500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan
dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35 oC. Jumlah anakan atau berat
rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan
pakloburazol sebanyak 250 ppm.
Pemindahan Bibit
Bibit
yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan
muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3
cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang
telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari agar
tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang
saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu
letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit
ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh
maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di
lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.
|
|
6.2. | Pengolahan Media Tanam
- Persiapan Lahan
Lokasi
penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan.
Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum
tanam.
- Pembukaan Lahan
Lahan
yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual
atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan
sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul
pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar
gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama
yang ada mati karena terkena sinar matahari.
- Pembentukan Bedengan
Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.
- Pemupukan (sebelum tanam)
Untuk
mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah,
drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk
dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1
minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.
|
|
6.3. | Teknik Penanaman Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.
- Penentuan Pola Tanam
Bibit
kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran
5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam
dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan
di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan
pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua
pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim
penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.
- Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm
dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
- Cara Penanaman
Teknik
penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1
ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat
pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada
media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang kunyit.
- Perioda Tanam
Masa
tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman
rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan
membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang
tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman
selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
|
|
6.4. | Pemeliharaan Tanaman
- Penyulaman
Apabila
ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka
dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar
dan sehat.
- Penyiangan
Penyiangan
dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma)
yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan
tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan
penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman
berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna
merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
- Pembubunan
Seperti
halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini
diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang
melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi
media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur
dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan
penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan
sekali.
Pemupukan
a.
| Pemupukan Organik Penggunaan
pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas
area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45
ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak
29,93 ton/ha. |
b. | Pemupukan Konvensional Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk
dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap
kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP
10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada
tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini diperoleh
peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan
juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan
K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K
diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan
pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan
ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan
ditanam di sela-sela tanaman. |
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman
kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan
pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman
terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk. Perbaikan
drainase baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai
penyimpan air di saat musim kemarau.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
Pemulsaan
Sedapat
mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk
menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak
gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami
dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.
|
|
|
7. | HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. | Hama
1.
| Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.) Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk. Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3. |
|
7.2. | Penyakit
1.
| Busuk bakteri rimpang Penyebab: oleh
kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang
yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan
cendawan. Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos. Pengendalian:
a.
| mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang; |
b. | penyemprotanfungisida dithane M-45. |
|
2. | Karat daun kunyit Penyebab: Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips. Gejala: timbulnya
warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang
tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akan mempengaruhi produksinya
sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman
tersebut menjadi mati. Pengendalian:
a.
| Dilakukan dengan mengurangi kelembaban; |
b. | Penyemprotan
insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida
dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali |
|
|
7.3. | Gulma Gulma
potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu
alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun
lebar lainnya. |
7.4. | Pengendalian hama/penyakit secara organik Dalam
pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya
melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan
secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan
penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
yang komponennya adalah sbb:
1)
| Mengusahakan
pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat
bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari
sejak awal pertanaman |
2) | Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami |
3) | Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. |
4) | Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia. |
4) | Menggunakan
teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan
pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada
setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan
penyakit potensial. |
6) | Penggunaan
pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma
maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam
keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari
hasil pengamatan. |
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1)
| Tembakau (Nicotiana tabacum)
yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau
racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids. |
2) | Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium)
yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida
sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan
semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu,
hama gudang, dan lalat buah. |
3) | Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan. |
4) | Neem tree atau mimba (Azadirachta indica)
yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi
racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga
pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro. |
5) | Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida. |
6) | Jeringau (Acorus calamus)
yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan
untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang
Callosobrocus. |
|
|
8. | P A N E N |
|
8.1. | Ciri dan Umur Tanaman Berbunga Tanaman
kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik
adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun
kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak
bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan.
Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya
pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan
batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan
mati). |
8.2. | Cara Panen Pemanenan
dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu. Sebelum
dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang
yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan
dalam karung agar tidak rusak. |
8.3. | Periode Panen Panen
kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang
terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang
sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya. |
8.4. | Prakiraan Hasil Panen Berat
basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai
0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton. |
|
9. | PASCA PANEN |
|
9.1. | Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi
pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa
tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan
hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air
bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor
lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang
terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam
tidak larut dalam air.
Pemakaian
air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran
dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
|
9.2. | Perajangan Jika
perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi
bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,
timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong. |
9.3. | Pengeringan
Pengeringan
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat
pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau
setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari
dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak
saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap
4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari
air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa
mengkontaminasi.
Pengeringan di
dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan
dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak
saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang
dihasilkan
|
9.4. | Penyortiran Kering. Selanjutnya
lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara
memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah
atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya). |
9.5. | Pengemasan
Setelah
bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik
atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai
sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang
menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
|
9.6. |
Penyimpanan
Kondisi
gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30°C dan
gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar
matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
|
|
10. | ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. | Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
a. | Sewa lahan 1 musim tanam | Rp. 150.000,- |
b. | Bibit 50 kg @ Rp. |
|
c. | Pupuk - Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- - Pupuk buatan: Urea 32 kg @ Rp. 1.100,- - TSP 16 kg @ Rp. 1800,- - KCl 16 kg @ Rp. 1.600,- | Rp. 600.000,- Rp. 35.200,- Rp. 28.800,- Rp. 25.600,- |
d. | Pestisida | Rp. 100.000,- |
e. | Alat | Rp. 60.000,- |
f. | Tenaga kerja | Rp. 200.000,- |
g. | Panen dan pasca panen | Rp. 100.000,- |
h. | Lain-lain | Rp. 100.000,- |
| Jumlah biaya produksi | Rp. 1.399.600,- |
2) | Pendapatan 2.500 kg @ Rp. 750,- | Rp. 1.875.000,- |
3) | Keuntungan | Rp. 475.400,- |
4) | Parameter kelayakan usahaa. Rasio output/input | = 1,399 |
Usaha
budidaya tanaman kunyit skala besar (komersial) atau yang dilakukan
secara intensif, di Indonesia belum ada dan sebagian besar petani
cenderung menanam tanaman ini sebagai tanaman sampingan saja. |
10.2. | Gambaran Peluang Agribisnis Dewasa
ini rata-rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik/ jamu
tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5-6 ton/bulan. Tingkat
kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase
peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada saat
menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di
atas sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari
kebutuhan rata- rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam
negeri, suplai dan permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi
memenuhi permintaan pasar luar negeri. Sementara kebutuhan kunyit dunia
hingga saat ini mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari
jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan
negara-negara lainnya. Indonesia kini sudah selayaknya membudidayakan
tanaman ini, terutama dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga
produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal
dalam negeri terpenuhi secara optimal. Walaupun di daerah Jawa Tengah
kini sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga diperhitungkan
dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas lahan tanam
yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang
mencapai ratusan ribu ton/hanya. Indonesia sebenarnya mulai
mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia,
Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman
Barat dan Belanda). Pada tahun 1987, nilai ekspor tanaman kunyit
Indonesia menyumbangkan devisa yang besar bagi negara. Namun pada tahun
berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan dan sempat
terhenti pada tahun 1989. Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan
Jamaika kini mulai membudidayakan tanaman kunyit secara besar-besaran
dan mereka sudah dapat mengestimasikan produksinya hingga +20 ton/ha. Dari
segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari petani
langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang
besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat
pabrik, dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12%
marjin biaya dan 18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi
ini, tata niaga kunyit bisa ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar
berada pada keuntungan pedagang. Peluang agribisnis kunyit di Indonesia
dapat dikembangkan. Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat
produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit dari berbagai
industri yang membutuhkannya. |
|
11. | STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. | Ruang Lingkup Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan. |
11.2. | Diskripsi --- |
11.3. | Klasifikasi dan Standar Mutu Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini:
1) Warna | : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga |
2) Aroma | : khas wangi aromatis |
3) Rasa | : mirip rempah dan agak pahit |
4) Kadar air maksimum | : 12 % |
5) Kadar abu | : 3-7 % |
6) Kadar pasir (kotoran) | : 1 % |
7) Kadar minyak atsiri (minimal) | : 5 % |
|
11.4. | Pengambilan Contoh Dari
jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil sejumlah
kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap
partai 20 ton.
a)
| Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5. |
b) | Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil adalah 7 |
c) | Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil adalah 9 |
d) | Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil adalah 10 |
e) | Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil minimum 15. |
Kemasan
yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak
sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk
kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil
sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk
ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu
orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan
mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum. |
11.5 | Pengemasan Kunyit
disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang
kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan
keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan anatara penjual dan
pembeli. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain: - Produk asal Indonesia - Nama/kode perusahaan/eksportir - Nama barang - Negara tujuan - Berat kotor - Berat bersih - Nama pembeli |
|
12. | DAFTAR PUSTAKA |
|
1. | Anonimous.
1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati.
Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal. |
2. | Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal. |
3. | Darwis SN. 1991. Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor, Puslitbang Tanaman Industri: 39-61. |
4. | Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya tanaman berkhasiat obat: kunyit (kunir). Jakarta, PT. Rineka Cipta: 60. |
5. | Kloppenburg-Versteegh,
J. 1988. Petunjuk lengkap mengenai tanaman-tanaman di Indonesia dan
khasiatnya sebagai obat-obatan tradisional (kunir atau kunyit-Curcuma
domestica Val.). Jilid 1: bagian Botani. Yogyakarta, CD.RS. Bethesda:
102-103. |
6. | Moko,
Hidayat; Mulyoto; Ismiyatiningsih. 1993. Pengaruh beberapa zat pengatur
tumbuh dan mulsa terhadap pertumbuhan tanaman kunyit. Buletin Pertanian
Tanaman Rempah dan Obat, 8 (1) 1993: 30-38. |
7. | Muhlisah, Fauziah. 1996. Tanaman obat keluarga (toga): kunyit. Cet.2. Jakarta, Penebar Swadaya: 40-41. |
8. | Nugroho, Nurfina A. 1998. Manfaat dan prospek pengembangan kunyit. Ungaran,Trubus Agriwidya. 86 hal. |
9. | Soedibyo, BRA Mooryati. 1998. Alam sumber kesehatan, manfaat dan kegunaan: kunyit. Cet.1. Jakarta, Balai Pustaka: 230-231. |
10. | Wijayakusuma,
H.M. Hembing; Dalimartha, Setiawan; Wirian, A.S. 1992. Tanaman
berkhasiat obat di Indonesia: kunyit; Curcuma longa Linn (Jiang Huang).
Jilid 4. Jakarta, Pustaka Kartini: 93-94. |
11. | Wiroatmodjo,
Joedojono; Lontoh, A.P.; Nurdin. 1993. Kajian pemberian pupuk kandang
dan tingkat populasi terhadap pertumbuhan produksi kunyit (Curcuma
domestica Val.) yang ditumpangsarikan dengan jagung manis (Zea mays
Soccharata). Buletin Agronomi, 21 (2) 1993: 59-63. Jakarta, Februari
2000 |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar